Minggu, 01 Januari 2012

Usaha Pembuatan Bubuk Kapur Terancam

proses pembungkusan bubuk kapur grenden

  Predikat Desa Grenden, Kecamatan Puger, Jember, sebagai penghasil batu kapur terbaik di Jawa Timur sebentar lagi mungkin tinggal kenangan. Buktinya, sejak dua tahun terakhir, aktivitas penambangan komersial batu kapur di sana terus merosot. Selain sumber daya manusia yang terbatas, sistem pengelolaan secara berkelanjutan juga kedodoran.

Ironis memang. Menyandang predikat terbaik, namun gagal memasarkan ke sejumlah konsumen. Kegagalan itulah yang mengakibatkan produktivitas batu kapur asal Grenden, turun drastis. Padahal, tahun 2000 hingga 2001, setiap pengusaha rata-rata memproduksi batu kapur sebanyak 300 ton lebih setiap harinya. Kini, jumlah tersebut merosot hingga 100 atau 150 ton per hari.

Selain keterbatasan SDM, anjloknya produksi dipicu pula ketidakmampuan para pengusaha lokal memanfaatkan atau menggunakan teknologi yang ramah lingkungan. Selama ini, sistem pembakaran batu kapur masih menggunakan kayu bakar yang tak ekonomis dan mengakibatkan hutan gundul.

Meski penambangan berlangsung secara turun temurun sejak puluhan tahun, hingga saat ini, tak ada wadah asosiasi yang mengatur mereka dalam hal produksi hingga pemasaran. Mudah ditebak, persaingan tak sehat pun terjadi. Para pengusaha saling menjatuhkan harga. Bahkan, hingga sekarang, tak ada patokan harga terendah dari batu kapur yang mereka jual.

Bila seluruh persoalan tersebut tak segera diatasi, ribuan warga Desa Grenden dikhawatirkan bakal kehilangan mata pencarian hidup yang sangat tergantung pada penambangan batu kapur. Apalagi, batu kapur asal Grenden mulai tersaingi produk dari Tuban, Jatim


Tidak ada komentar: